Rabu, 28 Juli 2010

Sepak Bola Bukan Hanya Sekedar Olahraga

Goooooool…!!!

Akhirnya pada menit ke-116 gawang Maarten Stekelenburg pun jebol oleh tendangan Andres Iniesta. Beberapa menit kemudian berakhir sudah gelaran olahraga paling spektakuler di muka bumi ini dengan kemenangan tipis Sepanyol atas Belanda. Negeri matador itu akhirnya untuk pertama kalinya memboyong piala dunia sepak bola yang paling diinginkan setiap negara di seluruh dunia. Lambang supremasi pertandingan sepak bola yang diperebutkan negara-negara seluruh jagad.

Dengan berakhirnya acara paling akbar yang sudah ditonton beratus-ratus juta orang selama sebulan penuh itu, hari berikutnya pun akan menjadi hari-hari seperti biasanya. Tidak ada lagi acara nobar (nonton bersama) yang diselenggarakan di bebarapa tempat dari mulai kos-kosan, gang-gang kampung, pos-pos kamling, warkop-warkop, sampai di kafe-kafe. Tidak ada lagi acara begadang sampai pagi dan dengan begitu juga tidak ada lagi acara terkantuk-kantuk di kantor. Pentas spektakuler putaran final sepak bola sedunia itu memang sudah berakhir. Namun, semangat dan sportivitas pertandingan itu masih tertinggal. Sepak bola memang cabang olahraga yang sangat luar biasa.

Di luar sportivitas luar biasa itu, apa sebenarnya yang menjadikan sepak bola menjadi tontonan menarik yang bias umur dan bias jender? Dari anak-anak hingga manula; dari pria sampai wanita semua menggemari olahraga yang sekilas hanya berupa sekelompok orang secara rame-rame memperebutkan satu benda bulat yang disebut bola itu.

Setelah saya selami secara lebih mendalam dan mendetil (biasanya nggak pernah mikir sampai segitunya :) ), ternyata sepak bola tidak hanya sekedar olahraga yang di dalamnya bertanding dua kelompok atlet memperebutkan bola untuk dimasukkan ke dalam gawang masing-masing lawan. Tidak hanya itu. Ketika nonton final antara Sepanyol versus Belanda kemarin, akhirnya ketemulah filosofinya.

Mengapa saya berani mengatakan di balik permainan olahraga sepak bola ada sebuah filosofi? Ya, tentu itu tidak berlebihan karena cabang olahraga ini menurut saya sarat dengan nilai-nilai di dalamnya. Nilai-nilai apa saja yang ada dalam sebuah cabang olahraga seperti sepak bola itu?

Ada nilai-nilai yang berkaitan dengan individu. Secara individu setiap pemain bola atau disebut pesepak bola dituntut untuk memiliki keterampilan tinggi yang pada umumnya sesuai dengan posisi dia, sebagai bek, gelandang, penyerang, atau kiper. Setiap individu memiliki posisinya masing-masing. Sepanjang karirnya hanya akan memegang posisi terbatas karena setiap posisi harus memiliki keterampilan khusus yang tinggi meskipun ada pemain yang dapat dikategorikan serba bisa. Di samping itu, dalam perkembangan sepak bola modern dewasa ini seorang pemain sepak bola tidak melekat secara tetap pada posisinya. Tulisan ini akan jadi lebih panjang kalau dibahas secara detil masalah keterampilan individu ini. Yang jelas keterampilan tinggi masing-masing individu dalam sebuah tim sangat diperlukan, selain juga kemampuan intelektualnya.

Dalam sepak bola juga ada nilai-nilai yang berkaitan dengan kelompok atau bisa dibilang nilai sosial. Untuk menghasilkan sebual gol, masing-masing individu harus memiliki kemampuan bekerja sama yang tinggi. Tidak hanya itu, dapat menjaga gawangnya agar tidak kemasukan gol juga dibutuhkan kerja sama itu karena tidak bisa hanya mengandalkan kiper. Fungsi pemain dalam posisi bek tentu sangat diperlukan dalam hal ini. Tentu tidak gampang menjalin kerja sama yang baik dan solid di dalam sebuah “peperangan” merebut bola karena permainan sepak bola berbeda dengan bola voli yang dibatasi oleh net yang tidak memungkinkan pemain lawan berada satu lapangan dengan tim lain. Pun, tidak sama dengan olah raga bola basket yang dimainkan dalam lapangan yang tidak seluas arena sepakbola. Oleh karenanya, setiap individu yang sudah memiliki posisi-posisi tertentu sangat dituntut memiliki kemampuan tinggi dalam bekerja sama satu tim. Itu adalah bukan suatu hal yang mudah karena harus membangun kerja sama dalam tempelan ketat pemain lawan. Di sinilah nilai individu yang berkaitan dengan kualitas intelektual juga dibutuhkan. Taktik dan strategi membangun serangan secara berkelompok membutuhkan kemampuan intelektual itu.

Nilai ini juga tidak kalah pentingnya dalam olahraga sepak bola, yakni nilai-nilai hukum. Cabang olahraga ini melibatkan orang banyak yang terbagi dalam dua kelompok dan keduanya tidak dibatasi oleh apa pun seperti halnya permainan bola voli. Ketiadaan batas pemisah antara dua tim sepak bola yang sedang bertanding itu tentu rawan akan adanya perselisihan karena terjadi kontak fisik yang bahkan sampai mengakibatkan cedera. Untuk itu, diperlukan adanya aturan-aturan bermain yang sangat ketat di dalam lapangan. Ada aturan yang berkaitan dengan teknis, yaitu berkaitan dengan “rukun-rukun”nya sepakbola, seperti offside, hands ball, pelanggaran di kotak penalti atau di luarnya, bola keluar, penambahan waktu, babak tambahan, dan adu penalti. (Offside dan hands ball bahasa Indonesianya apa ya :) ) Ada juga aturan-aturan yang berkaitan dengan pelanggaran di luar teknis, misalnya adu fisik antarpemain, baik itu sengaja maupun tidak disengaja. Ada peraturan berarti pula ada sanksi. Sanksi-sanksi atas pelanggaran aturan-aturan itu ada yang berupa tendangan penalti, tendangan bebas, tendangan pojok, atau pemberian kartu kuning dan kartu merah. Nah, aturan-aturan yang dijalankan selama pertandingan itu diawasi oleh seorang hakim yang disebut dengan wasit yang bertugas mengatur dan mengawasi jalannya pertandingan yang berada di dalam lapangan. Wasit ini dibantu oleh beberapa hakim garis yang bertugas di sisi kiri-kanan lapangan. Pada umumnya pertandingan sepak bola yang berkelas dan berkualitas, seperti di Liga-liga Eropa, Champion Cup, Piala Eropa, atau Piala Dunia yang baru berakhir, berjalan dengan baik dan tertib karena barangkali mereka yang terlibat itu lebih memiliki sikap hukum yang positif. Bagaimana dengan dunia persepakbolaan di Indonesia? Silakan nilai sendiri :) .

Pertandingan sepak bola juga melibakan nilai-nilai psikologis. Dalam hal ini berupa semangat untuk memperjuangkan kemenangan tim. Selain itu, ada juga nilai sportivitas. Sprotif implementasi sederhanya adalah ketika bertanding tidak ada yang namanya adu mulut bahkan sampai adu jotos meskipun olahraga ini melibatkan kontak langsung antarpemain dari kedua tim yang berlaga. Istilah kerennya fair play. (:) Berarti dalam persepakbolaan Indonesia belum ada sportivitas, dong, karena masih digabung denan beladiri) Sepak bola juga bisa membangun ikatan emosi antara sebuah tim atau negara dengan suporter yang mendukungnya. Bahkan sampai menimbulkan fanatisme berlebihan. Ikatan emosi ini pun sampai lintas negara, misalnya orang-orang Indonesia yang mencintai tim sebuah klub atau negara lain. Nah, apabila tingkat kejuaraannya itu seperti final piala dunia seperti yang baru berakhir kemarin, terkandung nilai nasionalisme juga di dalamnya. Tim sepak bola setiap negara akan berjuang mati-matian membela bendera dan lagu kebangsaan masing-masing yang dibawa ke lapangan bola.

Apa ada yang kurang ya? Sepertinya sudah cukup :) . Kesemua nilai itu saling mendukung satu sama lain dan bermuara kepada satu hal yang disebut dengan gol. Aslinya dalam bahasa Inggris adalah goal. Gol sebenarnya tidak hanya sekedar bola yang ditendang dan masuk ke gawang lawan. Gol berarti juga sebuah tujuan atau target. Istilah goal mungkin diambil dari kata goal yang bermakna ‘tujuan’. Jadi, semua taktik yang diterapkan, keterampilan tertinggi masing-masing individu yang dikerahkan sampai titik keringat penghabisan, kerja sama yang solid dalam tim yang selalu dibina, dan di antara semua itu ada aturan-aturan yang harus ditaati, ada sanksi-sanksi jika aturan itu dilanggar, serta sportivitas, semuanya bermuara kepada satu tujuan, goal. Berusaha menjebol gawang dengan bola masuk lebih banyak daripada lawan bertanding.

Itulah nilai-nilai yang terdapat dalam pertandingan cabang olahraga sepak bola. Dalam mencapai sebuah gol yang tidak lain adalah satu tujuan, diperlukan adanya keterampilan yang tinggi masing-masing individu dalam sebuah tim serta mereka dituntut memiliki kemampuan tinggi dalam bekerja sama dengan orang lain, harus tertib hukum, harus sportif, dan harus tetap menjaga semangat. Dalam sepak bola tentunya tidak ada toleransi dengan yang namanya kecurangan. Yang perlu digaris bawahi, olahraga sepak bola melibatkan apa yang disebut dengan kompetensi tinggi individu, kerja sama tim, spirit, tertib hukum, sportifitas, kejujuran, dan target atau goal. Bolehlah dibilang semua itu sebagai intisari permainan sepak bola.

Berdasarkan itu, pelajaran apa yang dapat dipetik dari menonton dan menyukai olahraga sepak bola? Pecinta sepak bola sejati tentu tidak hanya sekedar punya klub atau tim negara favorit lengkap dengan hapal nama-nama pemain, pelatih, bahkan sejarah klub atau tim salah satu negara sampai dengan gemar mengoleksi pernak-perniknya. Pecinta sepak bola mestinya paham akan nilai-nilai yang ada di dalam cabang olah raga paling terkenal dan digemari di seantero jagad ini. Kalau ada pecinta bola yang masih suka tidak sportif, suka berbuat curang, tidak bisa bersosialisasi, nggak tertib hukum, berarti dia pecinta sepak bola palsu.

Dalam kehidupan sosial yang lain nilai-nilai yang terkandung dalam sepak bola dapat diadopsi. Seseorang yang berambisi menduduki posisi tertentu dalam bidang apa pun, misalnya, dan akan mengikuti pemilihan untuk menjadi seorang pemimpin alangkah baiknya juga menyontoh sistem olahraga sepak bola dalam mencapai sebuah goal; mencapai tujuannya itu. Dengan begitu, bermain fair akan terwujud dan kecurangan pun akan terhindarkan. Barangkali sebuah jabatan yang diperloleh dengan cara bersih akan berimbas juga kepada pelaksanaan tanggung jawab kepemimpinannya dengan bersih pula. Duh, senangnya kalau hal itu tercapai. Ya nggak?

Wadoh, sampai lupa. Kapan kita bisa bangga dengan timnas sepak bola kita? Satu kaliiiiiiii saja menjadi juara juga nggak apa-apa. Biar pernah. Ya, setidaknya juara SEA Games-lah kalau juara Asia masih jauh dari harapan (meskipun sudah pernah juara se-ASEAN, tapi itu kan dulu). Sekali lagi. Duh, senengnya kalau hal itu tercapai. Sekali lagi juga perlu ditanyakan. Ya nggak? :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar